Surat pertama yang dibacakan oleh Mendikbud datang dari Rivaldi R. Yampata, siswa kelas IV SD 016 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Dalam surat tersebut, Rivaldi menceritakan tentang bagaimana dia harus hidup terpisah dari keluarganya untuk menetap sementara di rumah kerabat agar dapat terus mengikuti pembelajaran selama masa pandemi Covid-19. Hal ini disebabkan oleh kondisi keluarga Rivaldi yang tidak mempunyai fasilitas pembelajaran memadai seperti gawai (gadget) maupun internet.
“Tahun ini saya dititipkan Mama dengan seorang guru yang sudah lama dikenal. Alhamdulillaah selama saya disini semua tugas yang diberikan guru, bisa saya selesaikan dengan baik karena dibimbing dengan kakak-kakak di rumah saya, Kak Abi dan Kak Tiara. Saya tidak punya HP jadi kalau buat video belajar mereka berdua yang merekam. Saya diberi teks yang harus saya hafalkan lalu mereka merekam saya melafalkan pelajaran itu misalnya bacaan shalat dan kosa kata bahasa Inggris beserta artinya,” itulah sepenggal surat yang ditulis oleh Rivaldi untuk Mendikbud.
Rivaldi yang bercita-cita ingin menjadi seorang polisi itu juga menguraikan kesehariannya beternak lele menggunakan media drum dan berkebun selama ia tinggal di keluarga barunya itu. Mengomentari hal ini, Nadiem sangat terkesan karena Rivaldi dan keluarganya tetap produktif melakukan kegiatan belajar di rumah. “Meskipun dalam krisis bagus bisa berkreasi menjadi wirausaha,” ujar Mendikbud.
Surat kedua yang dibacakan Mendikbud adalah surat dari Alfiatus Sholehah, siswa kelas VB SDN Pademawu Barat 1, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Seperti halnya Rivaldi, Alfiatus menceritakan keinginannya untuk dapat segera kembali ke sekolah, bertemu dengan teman-teman dan guru-gurunya.
“Bapak Menteri saya dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Orang tua saya hanya buruh tani. Dengan adanya corona saya jadi bingung karena belajarnya harus pakai HP Android. Sedangkan saya tidak punya. Saya juga merasa kasihan karena Ibu saya harus cari hutangan untuk membeli paket internetnya agar saya bisa belajar di rumah. Tapi saya ingin segera masuk sekolah ingin ketemu guru dan teman-teman saya. Apalagi sekarang bulan Ramadhan. Biasanya di sekolah diadakan kegiatan Pondok Ramadhan. Tapi karena Corona semua itu tidak ada lagi,” tulis Alfiatus dalam suratnya yang diberikan kepada Mendikbud.
Menjawab kesulitan Alfiatus tentang memiliki paket data internet, Nadiem menjelaskan bahwa kini dana BOS dapat digunakan untuk membantu siswa guna membeli paket data internet. “Ingatkan sekolahnya ya,” tegas Menteri Nadiem.
Kemudian ketika ditanya hal penting apa yang dapat diambil sebagai pelajaran atas wabah ini, dengan lantang Alfiatus mengatakan, kesehatan. “Kita harus menjaga kesehatan, Kesehatan sangat penting untuk kita semua,” ungkap Alfiatus.
Berbeda dengan Rivaldi dan Alfiatus, Atrice G. Napitupulu, siswa kelas IV SD YPPK Gembala Baik, Jayapura, Papua, membacakan sendiri surat yang ditujukan kepada Mendikbud. Walaupun non-muslim, Atrice mencurahkan kesedihannya mengingat teman-temannya yang muslim tidak dapat mudik dan berkumpul bersama sanak keluarga sebagaimana biasanya akibat dari pademi Covid-19.
“Saya juga merasa kasihan sama teman-temanku di komplek yang sedang berpuasa mereka tidak bisa mudik melihat kakek nenek dan keluarganya tidak bisa shalat bersama-sama di mesjid. Itu semua karena virus Corona. Lebaran saya juga tidak bisa peta (Pegangan Tangan), makan bakso, es buah dan uang lebaran. Saya berharap virus Corona cepat berlalu ya, Pak, supaya kita semua bisa bersukacita dan bergembira. Salam hormat,” pungkas Atrice.
Kepada mereka, Mendikbud mengucapkan terimakasih telah menulis surat dan berharap agar tetap semangat belajar. “Terimakasih untuk masih semangat di saat krisis seperti ini. Saya tahu belajar dari rumah itu nggak mudah, sulit. Kadang-kadang membosankan, kadang-kadang merepotkan. Tapi tolong tetap semangat, tetap bantu orang tua, tetap bantu kakak adik. Dan kita pasti akan melalui krisis ini bersama asal kita saling mencintai, asal kita saling membantu. Kita akan bisa melalui krisis ini,” pesan Mendikbud.
Mendikbud juga menyampaikan, bahwa di tengah pandemi Covid-19 ini, berbagai keterbatasan tidak bisa menjadi alasan. Dari pandemi ini kita tahu bahwa kita saling membutuhkan. Semua kesulitan ini pasti akan berakhir dan menjadi hal manis untuk dikenang. Semua orang akan bersemangat kembali untuk beraktivitas. Ruang kelas akan dipenuhi oleh energi dari para pencari ilmu generasi penerus bangsa. “Dan saat itu kita akan tahu bahwa kebersamaan kita akan lebih kuat dari sebelumnya, karena kita bertoleransi, karena kita bergotong-royong,” ujarnya.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.