“Padahal, teknologi memiliki potensi pemerataan akses atau kesempatan mendapat akses yang setara terhadap materi dan pembelajaran yang sama,” katanya dalam acara media briefing Adaptasi Sistem Pendidikan selama Covid-19, hasil kerjasama antara Kementerian Luar Negeri, Kemendikbud, dan Ketua Tim Pakar Penanganan Covid-19, bertempat di Istana Kepresidenan Jakarta.
Salah satu cara untuk menangani keterbatasan sarana pembelajaran, Kemendikbud membuat gagasan Program Belajar dari Rumah (BDR) yang ditayangkan di channel televisi TVRI. Acara ini merupakan salah satu bentuk sarana alternatif belajar yang diberikan oleh Kemendikbud dalam upaya membantu banyak keluarga yang mempunyai keterbatasan dalam mengakses internet. Dengan begitu, harapannya anak-anak akan memperoleh stimulus untuk terus belajar di rumah mereka masing-masing.
Kegiatan Belajar Di Rumah Tunjukkan Angka Yang Positif
Untuk mengukur efektifitas program belajar dari rumah di televisi, Kemendikbud bersama dengan UNICEF telah melakukan survei untuk mengevaluasi pelaksanaan program Belajar dari Rumah di TVRI sejak ditayangkan mulai 13 April 2020 yang lalu. Dan ternyata hasilnya, sebanyak 99 persen guru, peserta didik, dan orang tua, baik yang berada di kawasan 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) maupun non-3T dapat mengetahui adanya program belajar dari Rumah ini. Selain itu, sebanyak 94% guru di kawasan 3T tersebut pernah menonton program BDR di TVRI. Di wilayah 3T, frekuensi guru yang menonton program BDR ini sebanyak 3,2 kali dalam seminggu. Sementara di wilayah non-3T sebanyak 4,1 kali dalam seminggu.
Secara umum, tingkat kesenangan dalam menonton program BDR ini cukup baik. Bagi siswa, skor yang diperoleh adalah sebesar 7,8 (skala 1-10) dan bagi orang tua sebesar 8,2. Sementara itu, tingkat kesenangan para guru di wilayah 3T sebesar 7, dan di wilayah non-3T sebesar 7,5.
TVRI menjadi saluran televisi yang paling banyak ditonton para siswa selama berjalannya program belajar dari rumah. Sebanyak 52% responden di wilayah 3T menyatakan bahwa menonton lembaga penyiaran publik ini selama masa pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing. Sementara itu, sebanyak 78,6% responden di wilayah non-3T menyatakan menonton TVRI selama masa pembelajaran dari rumah.
Kemendikbud saat ini sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait adanya kemungkinan relai program bersama stasiun televisi lokal. Selain itu, Kemendikbud juga tengah mengkaji metode pembelajaran luar jaringan atau offline lainnya untuk masyarakat 3T yang tidak mempunyai televisi. “Misalnya menggunakan radio, buku, maupun relawan” kataya.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.