1. Bersikap Adil
Untuk menjadi seorang guru profesional, diutamakan harus bersikap adil. Jadilah seorang pendidik yang berorientasi pada penilaian obyektif, bukan subyektif. Dalam hal ini, adil bukan berarti Bapak / Ibu tidak boleh berpihak pada suatu kelompok atau siswa tertentu. Akan tetapi, Bapak / Ibu harus mampu menyikapi para siswa dengan baik mengingat karakter dan kemampuan mereka sangat beragam.
2. Menjadi Teladan
Selama ini ketika mengajar, sudahkan Bapak / Ibu menerapkan metode pengajaran yang bervariasi? Jika hanya memberikan materi dengan metode ceramah terus menerus, rasanya pembelajaran pun tidak akan pernah efektif. Kalau diibaratkan, pelajaran jadi seperti istilah 'masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Tentunya Bapak / Ibu berharap hal demikian tidak terjadi pada para siswa.
Sebagai contoh sederhana, seandainya di kelas terdapat sampah yang tergeletak tidak pada tempatnya. Maka dari pada kita hanya menegur siswa dengan mengatakan 'Jangan membuang sampah sembarangan ya, anak-anak!”, maka sebaiknya Bapak / Ibu sendiri yang langsung memungut sampah tersebut lalu memasukkannya ke dalam tempat sampah.
Kemudian, kita bisa juga mengajak peserta didik untuk melakukan kebersihan secara bersama-sama sambil menghias kelas. Ingatkan mereka bahwa kebersihan separuh dari iman, dan sebagai anggota kelas harus bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kenyamanan kelas.
Baca juga: Kini Buka Rekening Di Bank Cukup Dengan Rp 1000 Saja! Gimana Caranya?
Dengan Bapak / Ibu memberi teladan yang baik, tentunya para siswa perlahan akan tersadar untuk melakukan tindakan yang serupa. Hal ini juga dapat menumbuhkan kedewasaan para peserta didik.
3. Bersikap "Peka"
Seorang Guru profesional harus mudah mengerti, merasa, memahami, dan bereaksi terhadap apa yang terlihat pada siswa. Mulai dari raut muka, gerak-gerik, pola tingkah, nada suara, dan lain sebagainya. Setiap guru harus mampu memahami apa yang dialami siswa dengan cepat. Dan bukan hanya cepat dalam memahami saja, tapi juga cepat tanggap untuk mencari solusi dalam menanggulanginya.
4. Terbuka
Selain itu, guru profesional juga harus memiliki keterbukaan terhadap siswa karena hal tersebut sangat penting. Menerima kedatangan siswa yang menghadap, merespon pertanyaan, kritik, masukan, dan segala macam bentuk umpan balik dari siswa. Untuk memperbaiki karakter peserta didik, terlebih dahulu Bapak / Ibu harus melakukan perbaikan pada diri sendiri. Cobalah untuk bersikap terbuka, maka suasan kelas akan menjadi lebih menyenangkan.
Bukan sikap saja, tapi juga pemikiran. Dengan selalu berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kita harus dapat berpikiran terbuka. Dari pada mengkotak-kotakkan mana siswa pintar, bodoh, dan yang sedang-sedang saja, akan lebih baik jika pola pikir tersebut sedikit diubah.
Setiap anak mempunyai keunikan dan dapat sukses dengan kemampuan mereka masing-masing. Ketika Bapak / Ibu berpikiran terbuka, maka akan jauh lebih mudah untuk menyerap ilmu dan pemahaman dari siapa pun, tanpa terbersit pikiran yang mengatakan 'Ah, saya sih sudah tahu tentang hal itu'. Sejatinya ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dari siapa pun, termasuk juga dari siswa di kelas.
5. Fleksibel
Untuk itu, menjadi guru profesional haruslah punya prinsip, baik dalam nilai-nilai keguruan maupun ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dalam menyampaikan prinsipnya, sebaiknya Bapak / Ibu harus bersikap fleksibel. Fleksibel dalam hal ini, maksudnya adalah berbaur dengan peserta didik (tidak kaku) dan mampu memahami kondisi, perkembangan, sifat, kemampuan, dan juga latar belakang masing-masing siswa.
6. Bijaksana
Seorang guru profesional, berarti harus orang yang bijaksana. Baik dalam menetapkan keputusan, menyikapi suatu masalah, maupun dalam bertindak. Jika Bapak / Ibu mampu menjadi seorang pendidik yang bijaksana, maka para siswa juga akan menjadi lebih respect. Guru yang bijaksana pastinya tahu tentang bagaimana cara melakukan pendekatan yang tepat untuk para peserta didiknya.
7. Mengendalikan Diri
Menjadi seorang pendidik akan menjadi suri teladan bagi siswanya, oleh sebab itu seorang guru bisa disebut profesional jika mampu mengendalikan diri. Bapak / Ibu dapat memberi pertimbangan rasional ketika memutuskan dan memecahkan suatu masalah.
Kemudian, guru juga harus dapat menjalin hubungan sosial yang baik dan wajar dengan siswa, sesama rekan guru, serta orang tua siswa. Seorang guru yang profesional sudah tentu mampu mengendalikan emosinya. Mengetahui betul tentang bagaimana, saat apa, dan dimana harus mengemukakan emosinya.
8. Memahami Jiwa Siswa
Ada kemiripan antara guru dan dokter. Dalam hal ini tentang bagaimana seorang dokter ketika akan mengobati pasiennya. Pastinya dokter tersebut harus memahami jenis penyakit yang diderita pasien terlebih dahulu sebelum melakukan pengobatan.
Nah, sama halnya dengan tugas seorang guru, yaitu Bapak / Ibu harus dapat mengobati jiwa peserta didik dan membentuk karakter yang baik. Oleh sebab itu, jadilah seorang pendidik yang mengerti akan sifat dasar jiwa manusia, beserta kekurangan dan cara untuk menanganinya.
Seorang guru layaknya seorang dokter. Untuk dapat membantu pengobatan orang sakit, maka dibutuhkan dokter yang memahami jenis penyakit yang diderita serta solusi untuk penanganannya.
Baca juga: Inilah Cara Efektif Agar Siswa Aktif Dalam Kegiatan Belajar Di Sekolah
Begitu juga dengan seorang guru, untuk mengobati jiwa peserta didiknya Bapak / Ibu guru dituntut untuk membentuk akhlak mereka yang baik. Maka dari itu diperlukan seorang pendidik yang memahami tentang sifat dasar jiwa manusia, kelemahan dan juga cara mengobatinya. Ibarat sakit, 'mencegah selalu lebih baik dari pada mengobati'.
Jadi sebaiknya jangan menunggu sakit dulu, lebih baik untuk berupaya mencegah terjadinya sakit. Dalam hal ini adalah akhlak yang tertanam dalam jiwa peserta didik. Sebelum mereka tumbuh menjadi dewasa dengan akhlak yang kurang baik, maka sedini mungkin seorang guru harus mampu mencegah hal tersebut dengan membentuk akhlak yang baik pada mereka.
9. Bersikap Konsisten
Sebagaimana telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa seorang guru harus memiliki prinsip yang kuat dan juga harus bersikap konsisten, tidak plin-plan apalagi membuat suatu keputusan yang labil. Jika sedikit-sedikit berubah, pastinya akan berpengaruh besar terhadap tingkat respect siswa kepada gurunya.
Coba jika Bapak / Ibu guru bersikap tegas dan menerapkan disiplin positif yang juga ditunjukkan dengan berawal dari diri pribadi kita, maka kewibaan akan melekat pada diri Bapak / Ibu guru dengan sendirinya.
Jangan lupa untuk bersikap konsisten. Seandainya sedari awal ketentuannya adalah A, maka untuk seterusnya juga harus A, jangan berubah haluan secara tiba-tiba menjadi B atau lainnya. Mungkin suatu waktu diperlukan ada perubahan yang mendesak, tapi jika perubahan disertai dengan alasan yang masuk akal dan memberi manfaat bagi seluruh pihak tidak jadi masalah.
Menjadi seorang pendidik yang baik harus konsisten dalam mengajar. Guru yang profesional sejatinya tidak saja berprofesi sebagai penyampai pelajaran, namun juga mendidik, membimbing, menasehati, mengarahkan, dan mengevaluasi peserta didik. Sebagai seorang guru, Bapak / Ibu dituntut untuk menjadi sosok yang dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan akhlak terhadap siswa untuk bekal mereka menjadi dewasa. Jadi, seorang guru profesional harus memiliki konsistensi yang tinggi.
Nah, demikianlah penjelasan yang dapat Guru Abata sampaikan tentang beberapa kriteria yang wajib dimiliki oleh seorang guru profesional yang menjadi idaman bagi setiap peserta didik untuk membimbing mereka memiliki karakter yang mulia.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.