Keputusan ini ditetapkan agar siswa dapat beradaptasi dengan soal yang perlu bernalar tinggi tersebut. Dengan demikian standar soal UN tahun 2019 ini tidak akan berbeda dengan tahun sebelumnya.
Dengan begitu, soal yang mengandung HOTS secara otomatis jumlahnya juga tidak akan ditambah. Kemendikbud menyarankan agar siswa peserta ujian tidak perlu khawatir, karena komposisi soal HOTS di tahun 2019 ini masih sama dengan soal UN tahun 2018.
“Tingkat kesulitan dan komposisi soal UN 2019 ini mirip tahun lalu. Tingkat kesulitan biasa, ada yang mudah, sedang, agak sulit, dan sulit,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno di Kantor Kemendikbud, Jakarta.
Soal HOTS pada UN tahun kemarin mencapai 10% dari jumlah soal yang harus dijawab oleh para peserta ujian. Totok menjelaskan, meskipun pemberian soal HOTS telah dimulai sejak tahun kemarin, Kemendikbud ingin pada tahun ini semua siswa dan guru mampu beradaptasi dengan soal HOTS tersebut.
Dengan tidak menaikkan prosentase soal HOTS, maka peserta didik dan guru diharapkan agar dapat berlatih lebih intensif lagi untuk menguasai soal-soal tersebut.
Totok menyatakan, bahwa sejatinya soal HOTS itu bertujuan untuk melatih siswa dalam memahami suatu konsep. Tujuan intinya adalah agar siswa tidak hanya mampu dalam menghafal soal ujian saja.
Dia yakin, jika para siswa telah terbiasa untuk dilatih dengan cara berpikir tingkat tinggi dan kreatif, soal HOTS yang sebelumnya dianggap sulit maka dapat dengan mudah dijawab oleh siswa.
“Soal HOTS bertujuan untuk melatih siswa agar dapat memahami konsep, menerapkan konsep, dan menganalisis untuk memecahkan masalah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Totok menjelaskan, dengan adanya soal yang berbasis HOTS ini juga dapat berperan dalam mengukur kelemahan dan kelebihan sekolah pada setiap materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Dengan demikian, proses pelatihan guru tidak perlu lagi dilakukan secara umum, namun akan diubah sesuaikan dengan hasil yang diperoleh dari UN. Sebab, salah satu tujuan UN adalah sebagai alat untuk merefleksi guru untuk memperbaiki kondisi pendidikan.
Selain itu para pendidik / guru juga didorong untuk dapat menyusun soal yang berbasis HOTS, sehingga siswa akan terbiasa dan terpola dalam menyelesaikan masalah dengan cara berpikir kritis tingkat tinggi.
Berdasarkan rekap data, sekolah yang telah siap menjalankan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMP, MTs, SMA/MA, dan SMK terdapat 88,71%. Perinciannya adalah SMP dan MTs 82,03%, SMA dan MA 95,35%, serta SMK 98,75%.
Adapun untuk sekolah atau lembaga pendidikan non-formal seperti program paket 99,04% menyelenggarakan UNBK.
“Untuk menangani permasalahan teknis pada saat penyelenggaraan UNBK nanti, di setiap provinsi akan ada helpdesk UN dan teknisi khusus yang akan selalu siap membantu,” jelasnya.
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy telah mengatakan, bahwa jumlah SMP yang dapat menyelenggarakan UNBK hanya ditargetkan sebanyak 80%.
Namun nyatanya jumlahnya juga dapat melampaui acuan awal tersebut. Kemendikbud akan terus berkoordinasi dengan tujuan untuk memastikan sekolah pelaksana UNBK agar benar-benar siap dalam hal sarana dan prasarana.
Perlu diingat, bahwa berdasarkan Prosedur Operasional Standar (POS) dalam penyelenggaraan UN, siswa SMA akan melaksanakan UN pada tanggal 1–4 April 2019, dan dilanjutkan pada tanggal 8 April 2019. Untuk SMP akan dilaksanakan pada tanggal 22–25 April 2019. Adapun untuk ujian UN Paket C akan diselenggarakan pada tanggal 12–16 April 2019 dan UN Paket B / Wustho diselenggarakan pada tanggal 10–13 Mei 2019.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.