Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Ada seorang dari kampung Arab (Badui atau Badawah) datang menemui Rasulullah SAW di Madinah. Kisah selengkapnya sebagaimana disebutkan dalam hadits,
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Nasihatilah saya!’” Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kamu marah!” Orang itu berkali-kali meminta nasihat kepada Rasulullah SAW, tetapi Rasulullah SAW tetap menjawabnya dengan, ‘Janganlah kamu marah!”. (HR. Bukhari)
Jika diambil kesimpulan, yang dimaksud dari sabda Rasulullah SAW dengan kata-kata “Janganlah kamu marah!” adalah “Janganlah kamu meluapkan kemarahanmu!” Sebab, setiap orang pasti memiliki sikap marah. Namun, ketika rasa atau sikap marah tersebut diluapkan sembarangan, tidak jarang akan menimbulkan masalah terhadap makhluk sekitar, baik manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan ataupun benda-benda yang lain.
Dalam suatu riwayat dikisahkan, ada seorang Badawi datang menghadap Rasulullah SAW dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Rasulullah SAW memberinya, lalu beliau bersabda, “Apakah aku berbuat baik padamu?”
Orang kampung itu berkata, “Pemberianmu tidak bagus.” Mengetahui hal tersebut, para sahabat merasa tersinggung, lalu mengerumuni orang Badawi tersebut dengan kemarahan. Namun, Rasulullah SAW memberi isyarat kepada mereka untuk bersabar.
Kemudian, Rasulullah SAW pulang ke rumah dan kembali lagi dengan membawa barang tambahan untuk diberikan kepada orang Badui tadi dan bersabda, “Apakah aku berbuat baik padamu?”
Lalu orang Badawi tersebut berkata, “Ya, semoga Allah SWT membalas kebaikan Anda, keluarga dan kerabat.”
Pada keesokan harinya, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat, “Kalau pada waktu orang Badawi itu berkata yang sekasar kalian dengar, kemudian kalian tidak bersabar, bahkan kalian membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun karena saya bina dengan baik, maka ia pun selamat.”
Beberapa hari setelah itu dan seterusnya, si orang Badawi tersebut mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting, bahkan yang berat sekalipun, termasuk berperang di jalan Allah SWT dengan taat dan rela.
Subhanallaah, sungguh indah cara Rasulullah dalam memperlakukan seseorang dengan begitu lembut dan penuh pertimbangan.
Diriwayatkan dari sebuah kisah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat seseorang yang sedang mabuk. Ketika orang itu ditangkap untuk mendapat hukuman dera, tiba-tiba Khalifah Umar bin Abdul Aziz dimaki oleh orang yang mabuk tersebut.
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz kembali dan tidak jadi untuk melaksanakan hukuman dera saat itu, dan ketika ditanya, “Yaa Amirul Mukminiin, mengapa setelah orang mabuk tersebut memaki Anda tiba-tiba Anda meninggalkan dia?”
Lalu Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Itu karena ia membuat aku jengkel. Kalau aku menghukumnya (dengan pukulan) mungkin aku memukulnya karena aku marah kepadanya (dan bukan karena ia melanggar hukum Allah), dan aku tidak suka memukul seseorang hanya karena membela diriku sendiri.” (Al Imam Abi Al Laits Nashr bin Muhammad Al Hanafi As Samarqandi Tanbihul Ghafilin, Daarul Hadits, Al Qahirah, hlm, 133).
Syeikh Dr. Aidh Al Qarni, dalam salah satu artikelnya yang berjudul “Hatta Takuna As’adin Nas” (Agar engkau menjadi orang yang paling bahagia), menuliskan tips untuk menghadapi marah, yaitu kalimatnya seperti ini;
Jika engkau marah, maka coba diamlah, mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan, ubahlah posisimu. Kalau engkau sedang berdiri, maka duduklah dan berwudlulah serta perbanyaklah dzikir. Pembahasan lebih lengkapnya dapat Anda baca pada artikel Tips Ampuh Untuk Mengatasi Amarah dalam blog Guru Abata ini.
Demikian pembahasan Guru Abata pada artikel Rasulullah berpesan kepada kita, “jangan marah!” kali ini. Dengan pertolongan Allah, semoga kita semua dapat menjadi orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu dengan baik.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.