Sesungguhnya, tidak sepatutnya bagi kita jik hanya melakukan puasa terbatas pada bulan Ramadhan saja tanpa disertai puasa sunnah. Sebab kalau demikian, berarti kita telah mengabaikan keuntungan dari ibadah-ibadah sunnah dan kesempatan untuk mencapai derajat yang tinggi di surga firdaus, sehingga kita akan merasa sangat menyesal, ketika kita melihat pahala dan kedudukan orang-orang yang banyak melakukan puasa sunnah.
Mereka itu berada di tingkatan yang sangat tinggi yang dapat kita lihat dengan jelas, sebagaimana kita melihat bintang-bintang yang gemerlap indah. Mereka jauh lebih tinggi dari pada kita, sebab mereka berada pada tingkatan yang tinggi.
Adapun hari-hari yang utama yang disunnahkan untuk berpuasa sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad dalam satu tahun ialah:
1. Hari Arofah (untuk orang yang tidak melakukan ibadah haji), puasa ini dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah ketika para jamaah haji sedang wukuf di arofah.
2. Hari Asyuro, puasa ini dilaksanakan pada setiap tanggal 10 Muharram.
3. Sepuluh hari yang pertama pada bulan Dzulhijjah
4. Sepuluh hari pertama pada bulan Muharram
5. Hari-hari pada bulan Rajab
6. Hari-hari pada bulan Sya'ban
7. Bulan-bulan haram, yaitu Dzulqoidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Empat bulan haram itu yang satu sendirian yaitu Rajab, sedang yang tiga bulan berturut-turut.
Sedangkan hari-hari mulia untuk dipuasai dalam setiap satu bulan ialah:
1. Awal bulan
2. Pertengahan bulan
3. Akhir bulan
4. Hari-hari yang malamnya terang rembulan, yaitu pada tanggal 13, 14 dan 15 kalender hijriyah
Adapun hari-hari mulia untuk dipuasai dalam setiap satu minggu ialah hari Senin, Kamis dan hari Jumat.
Berpuasa pada hari Senin, Kamis dan Jumat itu dapat menghapus dosa-dosa selama seminggu, dan berpuasa di awal bulan, pertengahan dan hari-hari yang malamnya terang bulan serta berpuasa pada akhir bulan dapat menghapus dosa selama satu bulan itu. Sedang dosa-dosa selama satu tahun itu dapat dihapus dengan puasa pada hari-hari dan puasa bulan-bulan tersebut di atas.
Jangan sampai beranggapan bahwa puasa itu hanya meninggalkan makan dan minum saja. Akan tetapi puasa itu lebih dari sekedar meninggalkan perbuatan-perbuatan tersebut.
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa yang tidak memperoleh pahala puasa, mereka hanya merasakan lapar dan dahaga saja". Hadits Riwayat Imam Ath Thabrani dalam Al Kabir dan Syaikh Al Albani dalam Shahih Targhib Wat Tarhiib.
Puasa yang sebenarnya itu harus disertai dengan menjaga semua anggota tubuh dari perbuatan yang dibenci oleh Allah. Berarti kita harus menjaga mata dari memandang perkara-perkara yang tidak baik, menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang tidak ada gunanya dan memelihara telinga agar tidak digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang dilarang oleh Allah, sebab dosa orang yang mendengar itu sama dengan orang yang berkata.
Disamping itu kita harus selalu menjaga masuknya sesuatu ke dalam perut dan harus memelihara farji. Tersebut dalam hadits Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam:
خمس يفطرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة
Artinya: "Ada lima perkara yang membatalkan pahala puasa, yaitu berkata bohong, mengumpat, memfitnah, meihat wanita dengan ada rasa senang dan sumpah palsu." Hadits tersebut sanadnya menuju Anas Radliyallaahu anhu
Dalam hadits lain beliau Shallallaahu Alaihi Wasallam bersabda:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَسْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ ، فَلْيَقُلْ : إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
Artinya: "Puasa itu merupakan perisai. Karena itu, apabila engkau berpuasa, maka janganlah berkata yang tidak baik, jangan berbuat maksiat dan jangan bertindak seperti orang yang bodoh. Apabila ada seseorang menyerang salah seorang atau memakinya, maka katakanlah "sesungguhnya saya ini berpuasa". Hadits Riwayat Imam Bukhari
Kita harus selalu berusaha untuk berbuka dengan makanan yang halal, tidak memperbanyak makan makanan dan tidak makan berlebihan setiap malam hanya semata-mata karena berpuasa, baik sekaligus atau sedikit-sedikit tetapi sering.
Sebab, maksud berpuasa itu adalah mematahkan syahwat dan meningkatkan kekuatan menjalankan ketakwaan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Maka dari itu apabila kita hanya memindahkan waktu makan, dari siang ke malam, maka dimana faedahnya berpuasa? karena perut kita terus kenyang atau penuh. Padahal tidak ada tempat atau wadah yang paling dibenci oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa kecuali perut yang penuh berisi makanan yang halal, apalagi yang haram.
Setelah mengerti maksud dan faedah berpuasa, maka hendaknya harus sering melakukannya sesuai dengan kemampuan kita, sebab puasa merupakan asas semua ibadah dan kunci semua amal baik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.
Allah berfirman dalam hadits qudsi, "bahwa setiap perbuatan baik itu pahalanya dilipatkan sampai sepuluh hingga tujuh ratus kali, kecuali ibadah puasa, sebab puasa itu untuk-Ku dan Aku sendirilah yang membalasnya". Hadits Riwayat Imam Muslim
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya: "Di dalam surga itu terdapat pintu yang bernama Ar Rayan, pintu itu tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali oleh orang yang berpuasa". Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
Cukuplah kiranya, keterangan tentang hakikat sesungguhnya orang berpuasa ini Guru Abata sampaikan. Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sebagai pengingat diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Aamiin...
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.