Allah Berkehendak agar Manusia Membuktikan Keimanannya
Jika sebuah cincin ingin diketahui apakah cincin tersebut terbuat dari emas atau tembaga, maka cincin tersebut harus diuji. Sebagaimana pula para penambang emas, ketika mereka menemukan suatu kepingan dengan warna mirip emas, untuk memastikan apakah benar-benar emas ataukah bukan emas, maka kepingan berwarna emas tersebut harus diuji.
Demikian juga umat Islam yang telah mengikrarkan diri sebagai umat beriman kepada Allah, beriman terhadap adanya para malaikat, beriman kepada Rasulullah SAW, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada hari kiamat, dan beriman kepada adanya takdir baik dan takdir buruk.
Maka setiap orang beriman akan diuji tentang kesungguhan dan keseriusan keimanan mereka. Setelah mereka diuji, inilah yang ditegaskan Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-‘Ankabuut ayat 2-3:
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ ٣
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Allah Mencintai Hamba-Nya
Sekadar perumpamaan, saat kita menemani anak kecil, entah anak kita, adik, keponakan atau siapa pun anak kecil yang kita temani dan kita mencintainya karena kelucuannya, besar kemungkinan dalam diri kita terpancing untuk menggodanya, entah digelitik, dicubit atau ditakut-takuti. Tapi tentu kita tahu bahwa kita menggodanya karena kita mencintainya.
Inilah yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya yang berarti; Dari Anas ra, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila Allah SWT menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang baik, maka Dia menyegerakan penderitaan di dunia, dan apabila Allah SWT menghendaki hamba-Nya menjadi orang jahat, maka Dia menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah SWT akan menuntutnya pada hari kiamat.’
Lalu, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah SWT mencintai suatu bangsa, maka Allah akan menguji mereka. Sehingga, siapa saja yang ridla (terhadap ujian Allah), maka Allah akan meridlainya dan siapa saja yang murka (terhadap ujian Allah), maka Allah akan memurkainya.’” (HR. Tirmidzi)
Allah Berkenan Menghapus Dosa Hamba-Nya
Manusia mana yang tidak berdosa? Hanya para Nabi yang ma’sum (terpelihara dari dosa dan mendapat jaminan pengampunan dosa). Meski demikian, Rasulullah SAW tetap menjadi teladan, beliau membaca istighfar kepada Allah dalam sehari semalam sebanyak tujuh puluh kali, bahkan dalam riwayat yang lain sebanyak seratus kali.
Sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut; Diceritakan dari Aghar bin Yasar al-Mazinny ra., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah setiap hari seratus kali.’” (HR. Muslim)
Islam mengajarkan taubat baik bagi manusia yang merasa pernah berbuat dosa maupun merasa tidak berbuat dosa. Bertaubat berarti kembali pada jalan yang benar dengan memohon pengampunan dosa dari Allah Swt.
Allah Hendak Memasukkan Hamba yang Diuji ke Dalam Surga
Terhadap setiap ujian, kesabaran merupakan sikap keniscayaan yang harus dipilih dan digunakan. Sebab kalau ia tidak sabar, ia pasti gagal. Kalau sudah gagal, maka kerugianlah yang akan ia peroleh. Namun jika sabar, tentu keberuntungan yang banyak didambakan orang akan dapat ia raih.
Hal inilah yang tersurat dalam sebuah hadits qudsi yang artinya; Dari Anas ra., ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Apabila Aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan kebutaan pada kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga.”’” (HR. Bukhari)
Surga memang hadiah dan fasiitas idaman setiap muslim dan muslimah, bahkan non muslim pun sama-sama mendambakan kelak jika mereka meninggal tetap masuk surga, meski mereka kurang memedulikan cara dan proses untuk memperoleh dan meraihnya.
Sebuah anugerah dan balasan terindah, surga benar-benar tak dapat dibayangkan, tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan terlintas dalam benak siapa pun. Ia benar-benar dirahasiakan, dan hanya dapat ditangkap oleh hati dan sikap keimanan.
Itulah sebabnya di antara karakteristik orang bertakwa adalah beriman terhadap yang ghaib dan abstrak. Tidak semua benda dapat ditangkap oleh panca indera, makhluk-makhluk Allah seperti angin, rasa sakit, rasa senang, malaikat, setan, termasuk keberadaan surga dan neraka adalah makhluk yang abstrak yang hanya ditangkap oleh hati dan keimanan.
Semoga artikel tentang mengapa orang yang beriman diuji oleh Allah? ini dapat mengokohkan hati kita sebagai hamba Allah yang benar-benar siap dan kuat dikala mendapatkan ujian dan cobaan. Aamiin. Terimakasih.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.