Kesabaran Rasulullah SAW Ketika Dihina dan Diludahi Orang Yahudi
Pada suatu hari, ketika Rasulullah berangkat pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat. Tiba-tiba “Cuih!”, kepala Nabi Muhammad diludahi oleh seorang Yahudi dari atas balkon rumahnya. Seketika itu juga Rasulullah merasa kaget.Kemudian beliau mengusap kepalanya untuk membersihkan ludah orang kafir tersebut. Tidak ada raut marah atau sedih sedikit pun yang terpancar, justru beliau membalasnya dengan senyuman.
Hari berikutnya, beliau diludahi lagi, dan lagi-lagi sedikit pun tidak ada raut marah, kesal atau pun sedih. Beliau hanya mengusap dan membersihkan bekas ludah yang menempel pada kepalanya seraya melemparkan senyum pada orang Yahudi tersebut.
Pada hari ketiga pun Rasulullah diludahi lagi, dan lagi-lagi beliau tetap sabar dan selalu membalasnya dengan senyum. Hal ini terjadi berhari-hari setiap Rasulullah hendak pergi ke masjid.
Hingga pada hari berikutnya, beliau merasa ada yang tidak biasa, yaitu orang Yahudi yang biasa meludahinya tidak tampak seperti biasanya ketika beliau akan pergi untuk melaksanakan shalat.
Lalu beliau menemui seseorang dan menanyakan tentang orang yang biasa meludahinya tersebut. Orang itu pun memberikan informasi bahwa dia sedang sakit. Spontan Rasulullah berujar, “Innalillaahi, sakit? Kalau begitu insyaa Allah nanti aku akan kesana,” kata Nabi.
Setelah selesai shalat, Rasulullah pergi ke rumah orang Yahudi untuk menengok orang yang telah meludahinya itu. Lantas orang itu sangat terkejut. Dalam hatinya dia merasa khawatir dan takut, jangan-jangan Nabi Muhammad akan balas dendam terhadap dirinya.
Akan tetapi, begitu sampai, ternyata ucapan yang ia terima dari mulut orang yang beberapa hari terakhir diludahinya adalah, “Wahai saudara, mudah-mudahan engkau cepat sembuh,” kata Nabi yang sangat tidak diduga.
Mendengar ucapan Rasulullah yang justru mendo’akannya tersebut, lalu orang Yahudi itu pun minta maaf kepada Rasulullah atas perbuatan yang dia lakukan, dan seketika itu juga dia masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat karena sikap sabar yang dimiliki Rasulullah.
Kesabaran Rasulullah SAW Saat Sakit
Semakin tinggi posisi seseorang, maka semakin kencang angin yang bertiup. Sedangkan bagi mereka yang hanya setinggi rumput, tentu tidak khawatir diterjang angin, meski nasibnya akan selalu diinjak-injak orang.Kata-kata bijak ini kita yakin banyak benarnya. Para Nabi yang mengemban amanah berupa risalah kenabian, tidak jarang mereka harus menghadapi rintangan dan tantangan, baik dari luar maupun dari dalam diri mereka sendiri, bahkan tidak jarang mereka harus menghadapi maut demi menjalankan amanah kerasulannya.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Abu Ubaidah bin Hudzaifah ra. dari bibinya Fatimah ra., seraya berkata , “Kami menjenguk Rasulullah Di rumah salah seorang istrinya saat beliau terserang demam panas. Rasulullah menggigil karena menahan rasa sakit yang amat sangat.
Maka aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, seandainya engkau berdo’a, maka pastilah penyakit itu akan segera diangkat oleh Allah SWT.’ Maka, Rasulullah menjawab, ‘Sesungguhnya manusia yang paling berat cobaannya itu adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang mendekati (derajat di bawah)nya, kemudian mereka yang mendekati lagi (derajat di bawah)nya, kemudian mereka yang mendekati lagi (derajat di bawah)nya.’ Menurut Imam Al-Haitsami, ‘Jalur melalui Ahmad, sanadnya hasan.’”
Kesabaran Rasulullah SAW Saat Ditinggal Orang Yang Sangat Dicintai
Diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi dari Usamah bin Zaid ra. Berkata, “Kami sedang bersama Rasulullah, maka salah satu istri beliau mengutus seseorang untuk mengabarkan bahwa bayinya yang baru lahir sedang sakit keras dan menjelang kematian.Maka Rasulullah bersabda, ‘Kembalilah engkau padanya dan katakan, “Sesungguhnya Allah SWT Maha Berhak mengambil milik-Nya, dan bagi-Nya pula apa yang telah Dia berikan dan segala sesuatu di sisi-Nya adalah sampai batas waktu yang telah ditentukan.” Maka, perintahkan kepadanya (istri beliau) agar bersabar dan berharap hanya kepada Allah.’
Beberapa waktu kemudian, utusan itu kembali dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri anda telah bersumpah agar anda datang kepadanya.” Maka Rasulullah pun bangkit, dan bangkitlah bersamanya Sa’ad bin ‘Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit (semoga Allah meridhai mereka semua) dan beberapa yang lainnya berangkat bersama Nabi Muhammad. (Ketika Rasulullah sudah sampai), bayi itu digendong oleh Rasulullah dan nafasnya tersengal-sengal di tenggorokannya karena sakaratul maut. Air mata Rasulullah berlinang.
Sa’ad bin ‘Ubadah ra. Berkata, “Ada apa, wahai Rasulullah?”, Rasulullah bersabda, ‘Air mata ini adalah rahmat yang Allah jadikan di dalam hati para hamba-Nya, dan sesungguhnya yang paling disayangi oleh Allah di antara para hamba-Nya adalah mereka yang penyayang.’” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Abu ‘Awanah).
Semoga sedikit demi sedikit kita dapat mengikuti jejak Rasulullah. Dan dengan membaca dan menelaah beberapa kisah tentang kesabaran Nabi Muhammad SAW Dalam segala hal ini menjadikan pribadi kita menjadi pribadi yang penyabar dan rendah hati. Aamiin. Semoga bermanfaat, terimakasih.
Posting Komentar
Komentar yang Anda berikan dimoderasi. Jika sesuai dengan ketentuan, maka akan segera muncul.
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun serta tidak melakukan spamming.